puisi
Aroma arabika meliuk dan menari-nari menggoda saraf-saraf indera penciumanmu
Tak lama tersentuh kecap halus kecup bibirmu yang hangat di tepi cangkir itu
Pekat hitam cairan kental yang kau sesap mengalir alur jauh ke rongga kosong tubuhmu
Mengisi pekat yang kini mengaduh susah
Pahit yang kau rasa enyah saat bunga rose merah yang telah lama kau tanam, kini bermekaran dan tumbuh mewangi di sisimu
Menemanimu menenggak pahit demi pahit rasa yang kau sendiri tak mampu untuk menyangkalnya
Kadang hidup ini memang kontra dan basi
Ingin tak selalu beriringan asa
Namun saat telinga cangkir itu kau genggam pasti
Saat itu pula kau tahu kau telah berada di titik yang benar
Seruput pahit teramat sangat yang sesekali kau tenggak mengokohkan onggok tubuhmu yang sebenarnya hanya seonggok hampa
tak lebih
Secangkir kopi tawarkan sensasi tak terperi
Karena pangkal lidahmu kini tak mampu mengelak untuk mengecapnya lagi, lagi..
Lagi..
Lagi..
dan Lagi,,,
Musabab kafein yang terkandung bak harta karun yang terpendam di antara luasnya lautan
Kini bertengger tepat di tubuhmu yang kian pekat hitam kental
Selaksa kopi
(Mawar_cahaya)
180611
Balada secangkir kopi
Secangkir kopi mungil berderak lembut di atas meja kacaAroma arabika meliuk dan menari-nari menggoda saraf-saraf indera penciumanmu
Tak lama tersentuh kecap halus kecup bibirmu yang hangat di tepi cangkir itu
Pekat hitam cairan kental yang kau sesap mengalir alur jauh ke rongga kosong tubuhmu
Mengisi pekat yang kini mengaduh susah
Pahit yang kau rasa enyah saat bunga rose merah yang telah lama kau tanam, kini bermekaran dan tumbuh mewangi di sisimu
Menemanimu menenggak pahit demi pahit rasa yang kau sendiri tak mampu untuk menyangkalnya
Kadang hidup ini memang kontra dan basi
Ingin tak selalu beriringan asa
Namun saat telinga cangkir itu kau genggam pasti
Saat itu pula kau tahu kau telah berada di titik yang benar
Seruput pahit teramat sangat yang sesekali kau tenggak mengokohkan onggok tubuhmu yang sebenarnya hanya seonggok hampa
tak lebih
Secangkir kopi tawarkan sensasi tak terperi
Karena pangkal lidahmu kini tak mampu mengelak untuk mengecapnya lagi, lagi..
Lagi..
Lagi..
dan Lagi,,,
Musabab kafein yang terkandung bak harta karun yang terpendam di antara luasnya lautan
Kini bertengger tepat di tubuhmu yang kian pekat hitam kental
Selaksa kopi
(Mawar_cahaya)
180611
0 comments: