resensi

Keroncong Cinta

3:22:00 PM Dee 0 Comments

Photobucket

Resensi buku yang baru di baca Miu

Judul : Keroncong Cinta

Dikarang-karang oleh : Ahmad Faishal

Diterbitin di : di timur, ehh...oleh Gramedia

Tebel : 224 halaman aja

Harga : aslinye Rp 39.000, karena ada diskon gede2an di Gramedia Depok, jadi Miu belinya cuma Rp 7.800 sajahhh....(alias dikorting 80%)

Sebelumnya temen-temen kudu tau nih kalo pengarangnya berlatar belakang "Nyastra banged". Doi masih muda, aktif di kelompok teater UNAIR Surabaya, and jadi redaktur sastra "Jitaks" (media komunikasi teater kampus se-Surabaya jendela), dan novel yang miu baca ini mendapat penghargaan novel remaja terbaik 2005, so kemampuan berceritanya gak usah diragukan lagi.

Walaupun bersetting "tempoe doeloe", waktu masi jaman-jamannya Indonesia masih disebut Hindia Belanda alias masih dalam cengkraman penjajah yang paling betah bertengger di Indonesia (3,5 abad boww...) yaitu Meneer Belanda, tapi alurnya, pendeskripsian suasana, yang dijeberin ma mas Faishal ini enak banged dinikmati remaja, emang bener tuh moto di cover belakang nya

"Nikmati rasa baru novel remaja lewat cerita ini", dijamin mak nyusss....!!

Sinopsisnya gnee....

Qomar adalah seorang pemuda pribumi yang setia mengabdi di kediaman keluarga Belanda. Sejak kecil ia dibesarkan di rumah itu karena ibunya sejak lama menjadi pesuruh di sana. Qomar amat dekat dengan keluarga Belanda tersebut, terutama pada kedua anaknya, Mellisa dan Taylor, umur mereka tak terpaut jauh, namun demikian Qomar tetap merasa dirinya hanya orang rendahan dan tidak pantas bersanding dengan keduanya. Sedang Mellisa dan Taylor begitu kagum akan pribadi Qomar yang rajin dan sederhana. Mellisa sejak kecil senang menghabiskan waktu untuk bermain-main dengan Qomar, sedang Taylor disela waktu sibuknya sebagai ketua redaksi Koran-Belanda yang menentang pemerintahan kolonial dan berusaha memperjuangkan hak-hak kaum pribumi lewat goresan penanya gemar mengajari Qomar memainkan alat musik kesayangannya yaitu Biola.

Entah mengapa, setelah melakukan suatu kesalahan kecil, Qomar merasa tidak pantas lagi tinggal di rumah keluarga Belanda tersebut, padahal keluarga tersebut tidak begitu mempermasalahkan kesalahan yang dibuat Qomar, namun ia tetap pergi, merantau ke Semarang, Seluruh penghuni rumah itu merasakan kesunyian yang teramat sangat sejak kepergian Qomar.

Di sana ia ditampung oleh Haji Anwar, dan mulai serius berlatih biola bersama grup keroncong asuhan Haji Anwar. Grup keroncong ini tidak lama tersiar ketenarannya, dikarenakan permainan tiap personilnya memang bagus serta penuh penghayatan dan satu lagi, mereka rela di bayar berapa saja tiap kali tampil, maka semua kalanganpun bisa menikmati alunan musik indah ini. Ternyata di balik pagelaran keroncong dari tempat satu ke tempat yang lainnya ini menyimpan suatu siasat, mereka selalu menyebarkan idealisme-idealisme kepada kaum pribumi untuk menyatukan suara agar menyokong kesejahteraan rakyat pribumi yang kian diinjak-injak oleh pemerintahan kolonial. Tentu saja gerakan ini dilakukan secara gerilya alias sembunyi-sembunyi, sehingga tidak terlalu mencolok militansi Belanda.

Keadaan pada waktu itu carut marut, Pemerintahan kolonial memperketat pengawasan terhadap kaum-kaum yang mencoba menentang pemerintahan. Perlawanan yang dilakukan Taylor pun semakin agresif lewat tulisan-tulisan dalam koran terbitannya sehingga ia demikian diburu dan dibenci oleh pemerintah kolonial. Ia bersembunyi di tempat yang tidak terjangkau militansi Belanda dan meninggalkan keluarga tercintanya dengan berat hati.

Sedang setelah sekian lama, akhirnya kelompok keroncong Qomar berkesempatan tampil kembali ke tempat asalnya, Surabaya, tentu tidak lain karena ada siasat baru yang akan mereka lancarkan. Qomar begitu bahagia bertemu keluarganya kembali dan ...Mellisa, ia begitu merindukan teman kecilnya ini. Tentu saja Mellisa berperasaan sama, ia menemukan getaran lain dari pemuda yang tidak ia temui pada kekasihnya Frederik - pemuda turunan Belanda asli. Sejak kepulangan Qomar, Mellisa ingin terus berada di sisi Qomar, tidak lagi ia mempedulikan Frederik, ia tidak tahan dipandang rendah oleh keluarga Frederik hanya karena darah yang mengalir pada Mellisa tidaklah asli darah Belanda, ibunya kandungnya adalah penduduk pribumi ayahnya lah yang Belanda asli, ia tidak tahan dilecehkan martabatnya oleh keluarga Frederik, ia tetap ingin bersama Qomar, tak peduli Frederik membujuknya terus, tidak peduli keluarganya melarang dengan keras dan dengan sedikit memaksa, gadis berdarah campuran ini tetap ingin terus mendengar lantunan merdu malodi yang dihasilkan oleh biola genggaman Qomar seorang. Awalnya Qomar merasa tidak pantas mendapat perlakuan begini oleh majikannya sendiri, namun ia tidak bisa membohongi hati kecilnya untuk membuka hati pada gadis yang telah tertambat hatinya hanya pada pemain biola rendahan seperti dirinya.

Namun pada waktu itu, keberadaan Qomar diintai oleh pemerintah kolonial karena kelompok keroncongnya dicurigai melakukan aksi pemberontakan. Qomar dan Mellisa mengamankan diri kembali ke Semarang. Sedang keluarga Mellisa yang tadinya hidup bahagia menjadi begitu tertekan dan kesepian ditinggal kedua anak kesayangannya entah kemana, hidup mereka serasa hampa...rumah mereka seakan menjadi rumah mati. Sedang Qomar dan Mellisa hidup bahagia di Semarang, namun tidak lama...karena keadaan menjadi amat sangat memilukan dikarenakan pemerintahan begitu begejolak, pemerintahan baru di tanah air indonesia akan segera dimulai, kerusuhan, penyiksaa, kengerian. merajalela dimana-mana...lalu bagaiman nasib Mellisa, Taylor, keluarga Belanda, Frederik, dan sang pemain biola berbakat, Qomar selanjutnya...

diakhir, ceritanya seru gilaa!...gak mau cerita ah...baca aja sendiri kalo penasaran. Kalo mau dapetin buku ini dengan harga murah, di Gramedia Depok masih diskon koq...hhee ;p...

selamat membaca ya...

Lire le livre est tres Genial

(membaca buku itu kereenn)...^^

You Might Also Like

0 comments: