puisi
Aku rela
Tiap menatap gambaran itu
Percuma, yang ku lihat hanya kesenduan
yang kian merajam sukma
Enyah tiada guna sakit tak terperi
Nyeri tak terbalas
Rindu tak terbalas
Dan kasih yang tak lekas
Waktu berputar sekitar roda kecil
Begitu terus, entah sampai kapan?
Dimensi yang tak lagi terjangkau
Malah menjauh, sejauhnya
Beginikan rasanya ditinggalkan?
Beginikah rasanya berdiri di atas satu
kaki?
Mudah goyah
Kadang terseok
Kadang tak berdaya
Bahkan kadang dicerca-dicela
Apa aku berbeda?
Aku hanya kehilangan sesuatu yang pernah
jadi milikku tapi sekarang tak
Jeritku percuma
Lolongku tak guna
Hanya terus merindu bagai buluh di tepian
laut sampai tak sanggup
Sampaikan pada Dzat yang serba Segala
Kala aku mulai lelah, sanggah aku Tuan
Aku hanyalah setitik sedang Engkau tak
terdefinisi
Hantarkan aku pada wewangian nanti yang
tak pernah aku hirup sedapnya
Jadikan nanti hanya aku sendiri, tak
terbagi
Katamu aku egois
Iya, toh aku manusia
Aku ingin ini ingin itu semaunya
Seenak udel katanya
Tapi tidak pernah manusia berkata makan
udel itu enak?
Tabiat manusia menafsirkan dengan salah
tanpa perasaan bersalah
Hhhh
Aku mulai lelah
Lelah berdiri di atas cahaya
Di mana kau Tuan?
Hei tahukah kadang aku juga menghujatMu?
Aku juga seperti manusia lain yang suka
menuntut
Punya kepala satu minta dua
Punya padi segenggam minta seladang
Aku tak pernah merasa puas Tuan
Apakah aku terus menekanmu dan kau mulai
berduka?
Jangan Tuan, karena aku akan turut
berduka jika Kau-pun berduka
Kalau begitu aku tak boleh menekanMu
Aku akan menekan diriku sendiri sampai
kecil
Dan aku akan terus membesarkanMu
Sementara aku habis dan menghilang
Biarlah
Asal Tuan tetap ada
Aku rela
http://itqonmanager.wordpress.com/2013/01/22/sekali-lagi-aku-patah-hati/akhwat-berdoa/
0 comments: