ndolan :)

Guiding Block atau hanya sekedar Ornamen Jalan??

6:18:00 PM Dee 0 Comments



Saya membuat artikel ini karena sedikit tergelitik dengan pemandangan sepanjang jalan dari Stasiun Solo Jebres menuju jalan Urip Sumohardjo-Solo. :)

Saya baru menyadari kalau rest area atau tempat duduk seperti halte tunggu di sepanjang jalan ini sangatlah berdekatan (tiap 2,5 meter ada) dan pada saat itu tak ada seorang pun yang menggunakannya untuk duduk  (itu keanehan pertama). Mungkin maksudnya rest area itu diperuntukan sebagai tempat peristirahatan para penumpang Kereta api dari Stasiun Jebres menuju Jalan Urip Sumohardjo karena memang jarak tempuh dari stasiun menuju jalan tersebut cukup jauh (sekitar kurang lebihnya 1,5 kilo meter).




Selanjutnya saya memperhatikan kedua sisi pedestrian yang menggunakan guiding block. Wah wah, sepanjang jalan saya jadi dibuat terheran-heran sekaligus tertawa geli karena keberadaan guiding block ini. Ya, geli! Karena keberadaan guiding block tersebut tidak tepat guna. Sayang sekali. :( #sigh.

Hmmm.... sebelumnya GUIDING BLOCK apakah itu?

Guiding block adalah 
"Tegel khusus berwarna kuning dan ditempatkan di sepanjang trotoar sebagai alat bantu penunjuk jalan bagi tuna netra"

Penggunaan Guiding Block
Gambar di bawah menunjukkan contoh-contoh penggunaan guiding block yang memberi panduan kepada Tuna netra untuk berjalan dari satu tempat ke satu tempat lain dengan selamat.

(a) Blok berbentuk dot (dot-type block) pada  ujung-ujung tangga. 



(b) Susunan guiding block yang memberi panduan untuk berjalan dari sebuah bangunan ke tempat lain.



Tuna netra akan berhenti sejenak pada guiding block berbentuk dot lalu berusaha memperhatikan sekelilingnya dengan bantuan tongkat bantu jalan untuk mencari arah yang patut diteruskannya atau mengantisipasi adanya bahaya maupun adanya jalan raya yang ramai lalu lintas. Apabila seseorang itu berada pada blok berbentuk garisan (line-type block), dia akan berjalan dengan mengikut susunan blok tersebut. Dengan adanya susunan blok tersebut, seseorang tuna netra dapat berjalan dengan selamat.


Dikutip dari sumber (http://accessguide.blogspot.com/2009/11/penggunaan-guiding-block.html), (Pedoman teknis aksesibilitas jalan Depertamen Pekerjaan Umum), dan (Tribun Jogja)


NAH!!
Setelah kita mengetahui apakah itu guiding block mari sekarang kita amati dengan temuan yang saya tangkap pada guiding block di sepanjang jalan stasiun Jebres tersebut.

1. Perpotongan pedestrian dengan jalan lingkungan seperti terlihat pada foto di bawah ini memiliki perbedaan ketinggian sekitar 20 cm. Bagi pengguna jalan umum mungkin tidak jadi masalah untuk melintasinya, yang jadi masalah adalah bagi difabel, tunanetra, yang menggunakan guiding block tersebut. Bisa saja mereka tersandung perbedaan ketinggian tersebut tanpa diberikan tanda "dot" yang berarti hati-hati pada ujung jalan sebelum perbedaan tinggi jalan.

2. Kendaraan parkir. Yup kendaraan berikut parkir di jalur pedestrian yang tentu saja membahayakan pengguna jalan terkhusus kaum difabel. Kendaraan (motor) ini dengan seenaknya saja diletakkan melintang menutupi jalur garis penuntun di sana seperti yang tampak pada gambar.


3. Nah ini juga lucu. Tiba-tiba di jalur guiding block tersebut mencuat sebuah tiang listrik. Wew. Memang petugasnya yang gak tau aturan dan petunjuk teknisnya atau emang sengaja bikin para tunanetra yang lewat situ kejedut tiang listrik yak? :p




4. Guiding block tertutup papan iklan. Nah waktu itu saya melihat kalo jalur guiding block ditutupi oleh papan iklan pulsa elektronik. Memang di sisinya terdapat warung pulsa. Tapi yaaa mbok naro papannya harusnya gak di situ juga… -_-“ Satu lagi juga nih. Di depan bengkel motor juga sengaja banget ditaro papan iklan lebih gede pula, yaampuuunn…




5. Jalur pedestrian digunakan oleh PKL sebagai area jualan dan lesehan pembelinya. Tiba-tiba aja ketawa geli begitu ngebayangin ada orang lagi asik-asiknya makan lesehan di pinggir jalan, eh tau-tau makanannya ditubruk sama orang bertongkat alias tuna netra. Hihhihi… Yang salah siapa coba? Hayooo….




6. Guiding block tertutup oleh pintu dak saluran air kota. Wah wah untungnya ukurannya cuman 75x75, sebenarnya gak terlalu mengganggu sih, tapi tetep aja aneh kelihatannya kan?




7. Hanya beberapa bagian dari perbedaan ketinggian pedestrian yang diberikan ramp (sisi miring/landai). Dan penggunaan guiding blocknya pun masih salah.





Sampailah saya di ujung jalan pedestrian tersebut.
Alhamdulillah ada guiding block berbentuk dot di ujung jalannya, yang menandakan setelahnya ada jalan besar dan pengguna jalannya harus berhati-hati.
 

Setelah puas mengamati keadaan jalan saya kemudian menunggu bus trans Solo di halte yang tersedia. Nah lagi-lagi saya melihat guiding block terpasang di sana. Bagusnya guiding block ini dipasang sesuai dengan prosedur penggunaannya. Saya mencoba melewati ramp yang pas derajat kecuramannya dengan mata tertutup, seolah saya tunanetra. Saya ikuti jalur garis lurusnya, dan berhenti sejenak saat dot block lalu mencari line block lagi. Setelahnya saya berhenti di dot block berjumlah banyak yang digunakan untuk naik turun penumpang bus. Dan, well. Harusnya seperti ini penggunaan guiding block yang baik, tidak mencelakakan penggunanya, dan juga terbukti aman.


Harusnya sih ya, begitulah fungsi dari guiding block yaitu sebagai alat penuntun terkhusus bagi mereka yang tidak bisa melihat. Dan baiknya semua orang menyadari akan pentingnya keberadaan fasilitas jalan tersebut. Bukan hanya dipasang untuk hiasan jalan belaka. 

Sedikit pesan untuk pemerintah kota supaya lebih teliti dalam pembangunan fasilitas jalan, yaah… semata untuk memberikan kemudahan bagi kaum difabel di kota Solo. Semoga kedepannya hal ini bisa dievaluasi dan diperbaiki. Amin




Surakarta, 7 Oktober 2013

You Might Also Like

0 comments: