puisi
Tuan pedagang angkringan sedang ketiduran
Ia batuk-batuk, ia mengerang
Kemudian ia betulkan batuknya yang sumbang
Saya makan dua bungkus nasi kucing
Saya bikin kopi sendiri, ambil rokok sendiri
Saya bayar, saya hitung sendiri "kembalinya untuk tuan saja", kata saya dalam hati
Lalu saya pamit pulang, "Selamat tidur Pejuang"
Tuan pedagang angkringan terbangun
"Tunggu! Jangan tinggalkan saya sendirian"
Setelah semuanya ia bereskan, ia paksa saya segera naik ke atas gerobak angkringan
"Berbaringlah Tuan. Saya antar Tuan pulang"
Amboi, saya telentang kenyang
di atas gerobak angkringan yang berjalan pelan
Menyusuri labirin malam. Saya terbuai, terpejam
Seperti naik perahu di laut terang, meluncur ringan
Menuju rumah impian nun di seberang
Samar-samar saya lihat bayangan seorang ibu
Sedang meninabobokan anaknya di dalam ayunan
Tidurlah tidur, tidurlah anakku tersayang
Joko Pinurbo: 2007
sumber gambar http://cimot-ok.deviantart.com/art/Angkringan-244480459
Angkringan
Lapar mengajak saya ke warung angkringan pinggir jalanTuan pedagang angkringan sedang ketiduran
Ia batuk-batuk, ia mengerang
Kemudian ia betulkan batuknya yang sumbang
Saya makan dua bungkus nasi kucing
Saya bikin kopi sendiri, ambil rokok sendiri
Saya bayar, saya hitung sendiri "kembalinya untuk tuan saja", kata saya dalam hati
Lalu saya pamit pulang, "Selamat tidur Pejuang"
Tuan pedagang angkringan terbangun
"Tunggu! Jangan tinggalkan saya sendirian"
Setelah semuanya ia bereskan, ia paksa saya segera naik ke atas gerobak angkringan
"Berbaringlah Tuan. Saya antar Tuan pulang"
Amboi, saya telentang kenyang
di atas gerobak angkringan yang berjalan pelan
Menyusuri labirin malam. Saya terbuai, terpejam
Seperti naik perahu di laut terang, meluncur ringan
Menuju rumah impian nun di seberang
Samar-samar saya lihat bayangan seorang ibu
Sedang meninabobokan anaknya di dalam ayunan
Tidurlah tidur, tidurlah anakku tersayang
Joko Pinurbo: 2007
sumber gambar http://cimot-ok.deviantart.com/art/Angkringan-244480459
0 comments: